Minggu, 20 Mei 2012


Hadiri & Ikuti


Ruqyah Syar’iyyah
Dengan Metode Dzikir

Terapi Jasmani dan Ruhani Berdasarkan 
Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits-hadits Nabi SAW

Dipimpin Oleh :
KH. Roikhan Zainal Arifin Al Makky
KH. DR. Muhammad Roy, MA

Hari / Tgl : Sabtu, 26 Mei 2012
Pukul : 20.00 WIB 
Tempat : Ponpes Salafiyah Sabiilul Muttaqiin
Sanggrahan Maguwoharjo Depok Sleman


Yogyakarta, 20 Mei 2012
Ponpes Salafiyah Sabiilul Muttaqiin


ttd Panitia

Jadwal Rutin Ruqyah setiap 4 bulan sekali. Bila sewaktu-waktu ada yang menginginkan, akan dilaksanakan secara spontan.
Bagi yang akan mengikuti kegiatan Ruqyah bisa menghubungi Pengurus Pesantren

=============================================


Apa itu Ruqyah ?



Ruqyah (dengan huruf ra’ di dhammah) adalah yaitu bacaan untuk pengobatan syar’i (berdasarkan riwayat yang shahih atau sesuai ketentuan ketentuan yang telah disepakati oleh para ulama) untuk melindungi diri dan untuk mengobati orang sakit. Bacaan ruqyah berupa ayat ayat al-Qur’an dan doa doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Tidak diragukan lagi, bahwa penyembuhan dengan Al-Qur’an dan dengan apa yang diajarkan oleh Nabi  Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam  berupa ruqyah merupakan penyembuhan yang bermanfaat sekaligus penawar yang sempurna bagi penyakit hati dan fisik dan bagi penyakit dunia dan akhirat. Bagaimana mungkin penyakit itu mampu melawan firman-firman Rabb bumi dan langit yang jika firman-firman itu turun ke gunung maka ia akan memporakporandakan gunung gunung. Oleh karena itu tidak ada satu penyakit hati maupun penyakit fisik melainkan ada penyembuhnya.

Allah berfirman, (Qs. Fushilat: 44)
 ‘AlQur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang orang yang beriman.’”
Dan di surah Al Isra’ 82,
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang orang yang beriman.”
Dan di surat Yunus ayat 57,
“Hai sekalian manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Rabb kalian, dan penyembuh bagi penyakit penyakit  (yang berada) didalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Qs. Yunus: 57)

Doa dan dzikir yang dilaksanakan seharusnya adalah doa dan dzikir yang ada tuntunannya dari Rasulullah. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Dzikir yang paling baik dan paling bermanfaat adalah doa dan dzikir yang diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan, dilaksanakan dengan konsisten dari doa dan dzikir yang dicontohkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta orang yang melakukannya memahami makna dan maksud yang terkandung didalamnya.”
Seorang muslim seharusnya menjaga diri semaksimal mungkin dengan hal hal yang telah disyari’atkan Allah Ta’ala yaitu menjaga AllahTa’ala dengan benar benar mengikhlaskan diri dalam mentauhidkan-Nya, senantiasa bertaqwa, senantiasa berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, menjauhi bid’ah dan menyelisihi pada pengikut hawa nafsu.
Ruqyah adalah sebuah terapi dengan membacakan jampi-jampi. Sedangkan Ruqyah Syar’iyah yaitu sebuah terapi syar’i dengan cara membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan do’a-do’a perlindungan yang bersumber dari sunnah Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam. Ruqyah syar’iyah dilakukan oleh seorang muslim, baik untuk tujuan penjagaan dan perlindungan diri sendiri atau orang lain, dari pengaruh buruk pandangan mata manusia dan jin (al-ain) kesurupan, pengaruh sihir, gangguan kejiwaan, dan berbagai penyakit fisik dan hati. Ruqyah juga bertujuan untuk melakukan terapi pengobatan dan penyembuhan bagi orang yang terkena salah satu diantara jenis-jenis gangguan dan penyakit tersebut.

Praktek Ruqyah
Secara umum ruqyah terbagi menjadi dua, ruqyah sesuai dengan nilai-nilai Syariah dan ruqyah yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Syariah.
Adapaun ruqyah sesuai Syari’ah harus sesuai dengan dhawabit syari’ah, yaitu:
1.   Bacaan ruqyah berupa ayat-ayat al-Qur'an dan do’a atau wirid dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
2.   Do'a yang dibacakan jelas dan diketahui maknanya.
3.   Berkeyakinan bahwa ruqyah tidak berpengaruh dengan sendirinya, tetapi dengan takdir Allah SWT.
4.   Tidak isti'anah (minta tolong) kepada jin (atau yang lainnya selain Allah).
5.   Tidak menggunakan benda-benda yang menimbulkan syubhat dan syirik.
6.   Cara pengobatan harus sesuai dengan nilai-nilai Syari'ah, khususnya dalam penanganan pasien lawan jenis.
7.   Orang yang melakukan terapi harus memiliki kebersihan aqidah, akhlak yang terpuji dan istiqomah dalam ibadah.

Para ulama sepakat membolehkan mengambil upah dari mengobati dengan cara ruqyah syar’iyah. Bahkan dalam hadits terkenal tentang para sahabat yang meruqyah kepala suku yang terkena bisa ular, Abu Sa’id Al-Khudri berkata, “ Saya tidak bersedia meruqyah sampai kalian memberiku upah”. Sehingga dalam kitab shahih Al-Bukhari, salah satunya memasukkan hadits ini dalam bab al-ijarah.
Kita yg dilahirkan dalam keluarga dan lingkungan Islam namun banyak sekali yg tidak mengikuti ajaran nabi Muhammad SAW… bahkan malah marak yang mengaku sebagai nabi baru  (naujubillah) ..
Dari pengakuan dan penelitian para tokoh dan professor di atas hendaknya kita mampu mengambil hikmahnya bahwa kita sebagai umat islam harus bangga dan bersyukur bahwa kita termasuk dalam umat nabi Muhammad SAW yg membawa ajaran dan tauladan yg baik bagi kehidupan di dunia sehingga kita bisa mendapat surga Allah di akhirat kelak dengan amal ibadah seperti yang nabi kita ajarkan..
Insya Allah kita akan bersama-sama di belakang beliau dipadang  mashar  sebagai hambanya yang takwa (di akhirat kelak)  AMMIN..



Ruqyah Syar’iyyah

Orang yang merenungkan sunatullah tentu akan mengetahui bahwa merupakan salah satu sunnah-Nya yang bersifat kauniyah qadariyah.

All berfirman:
“sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.  Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.  " (QS.  AI-Baqarah: 155)

Adalah keliru orang yang beranggapan, bahwa hamba Allah yang shaleh paling jauh dari cobaan, akan tetapi cobaan merupakan tanda keiiqanan.  Nabi Muhammad SAW. pernah ditanya, "Siapakah dari golongan manusia yang paling berat cobaannya?  Nabi meniawab: "Para nabi,' kemudian orang shaleh, kemudian orang yang terbaik terus orang yang terbaik daripada manusia.  Seseorang diberi cobaan sesuai dengan agamanya, jika agamanya kuat, maka cobaannya pun akan lebih berat, dan jika agamanya lemah, maka akan diringankan cobaannya.  " (H.R Ibnu Majah)

Cobaan adalah salah satu tanda kecintaan Allah, kepada hamba-Nya.  Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya jika Allah mencintai suatukaum, maka Dia akan memberikan cobaan kepada mereka.  " (HR.  Ahmad)

Cobaan merupakan salah satu tanda keinginan Allah akan kebaikan bagi hambaNya.  Rasulullah bersabda: "Jika Allah menginginkan kebaikan bagi hamba-Nya, maka Allah akan mempercepat hukuman baginya sewaktu di dunia.  Dan jika Allah menginginkan keburukan bagi hamba-Nya, maka Allah akan menangguhkan hukuman atas dosa-dosanya, hingga ia akan mendapatkan balasannya pada hari kiamat nanti.  " (HR.  At-Tirrnidzi)

Cobaan adalah tebusan dosa, meskipun bentuknxa kecil.  Rasulullah bersabda: "Tidaklah seorang muslim tertimpa kesakitan karena tusukan duri, atau yang lebih sakit darinya, kecuali Allah akan menghapus dosa-dosa dengannya, sebagaimana pohon mengugurkan daun-daunnya.  " (muttafaq Alaih)

Karena itu, seorang muslim yang tertimpa cobaan, jika ia seorang yang shaleh, maka cobaan itu akan menghapus kesalahan-kesalahan yang telah Ialu, atau mengangkat derajatnya.  Dan jika ia seorang pelaku maksiat, maka cobaan itu akan menghapuskan dosa-dosanya, dan sebagai peringatan akan bahaya dosa-dosa itu, tersebut dalam firman Allah : "Telah nampak kerusakan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia.  " (Q.S Ar-Ruum: 41)

Cobaan itu ada beberapa macam:
1)   Cobaan dalam bentuk kebaikan, seperti harta yang bertambah.
2)   Cobaan dengan keburukan, seperti rasa takut, lapar, harta berkurang.

Allah  berfirman: "Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).  " (AI-Anbiya': 35).

Begitu juga cobaan dengan sakit dan kematian, yang penyebab terbesar dari keduanya adalah ain (pandangan mata) dan sihir yang timbul karena sikap dengki.

Rasulullah bersabda: "Kebanyakan orang yang meninggal dari umatku setelah qadha Allah dan qadar-Nya adalah disebabkan oleh 'aln.  " (H.R Ath-Thayalisi)
Pencegahan Agar Tidak Terkena Pengaruh 'ain dan Sihir: Pencegahan lebih baik daripada pengobatan.  Maka hendaknya kita bersungguh-sungguh untuk itu.  Di antara yang terpenting adalah:
1)   Menguatkan jiwa dengan tauhid, dan beriman bahwa pengatur alam semesta ini adalah Allah dengan disertai memperbanyak amal-amal kebajikan.
2)   Berbaik sangka kepada Allah tk- dan bertawakal kepada-Nya, tidak -inengira-ngira adanya penyakit dan 'ain karena alasan apapun, sebab mengira-ngira itu sendiri merupakan penyakit'
      Jika seseorang dikenal bahwa ia adalah seorang pelaku 'ain atau penyihir, maka hendaknya menj'auhinya; sebagai upaya antisipasi, bukan karena takut.
3)   Berdzikir kepada Allah dan tabrik (mengucapkan selamat) atas berkahN,ya ketika melihat sesuatu yang menakjubkannya.
      Rasulullah bersabda: "Jika salah seorang dari kamu melihat dari dirinya, hartanya, atau saudaranya sesuatu yang menyenangkannya, maka hendaknya ia mengucapkan selamat atas keberkahan, sesungguhnya ain itu benar adanya.  " (HR.  Hakim)
4)   Tabrik adalah ucapan: Barakallahu laka (semoga Allah memberkatimu), bukan ucapan Tabarakallahu (Maha Suci Allah).
5)   Di antara cara pencegahan dari slhlr adalah memakan tujuh biji kurma 'Ajwah dari kota AI-Madinah AI-Nabawiyah.
6)   Bersandar kepada Allah.," bertawakal, berbaik sangka, dan memohon perlindungan kepada-Nya dari 'ain dan sihir, serta rutin menjaga bacaan-bacaan dzlkir dan do'a pagi maupun sore setiap hari. 

Bacaan dzikir ini mempunyal pengaruh menambah dan mengurangi dengan idzin Allah dengan dua hal:
a)   Beriman bahwa apa yang ada pada bacaan-bacaan dzikir adalah hak dan benar, dan bermanfaat dengan lzin Allah.
b)   Lisa.nnya mengucapkan bacaan-bacaan dzikir, kedua telinganya mendengarkan dan hatinya hadir, karena bacaan-bacaan dzikir ini adalah do'a, dan do'a dari hati yang Ialai dan lengah tidak akan dikabulkan.

Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits yang shahih dari Rasulullah t Waktu Berdzikir dan Berdo'a Bacaan-bacaan dzikir pagi dibaca setelah shalat Subuh, dan bacaan-bacaan dzikir sore dibaca setelah shalat Ashar.  Jika seorang muslim lupa membaca dzikir-dzlklr tersebut, hendaknya ia membacanya di saat ingat.

Tanda-tanda Terkena 'ain atau yang Lainnya Tidak ada pertentangan antara ilmu kedokteran dengan ruqyah syar'iyyah; karena di dalam AI-Qur'an terdapat penyembuhan untuk penyakit j asmani dan penyakit rohani.  Jika seseorang sehat dari penyakit jasmani, maka gejalanya secara umum adalah: pusing yang berpindahpindah, wajah pucat, banyak keluar keringat dan sering kencing, tidak nafsu makan, kesemutan, kepanasan atau kedinginan pada bagian ujung tubuh, detak jantung tidak
teratur, rasa sakit yang selalu berpindah-pindah pada bagian bawah pun bahu, merasa sedih dan tertekan, susah tidur di malam hari, emosi yang seperti rasa takut dan marah yang tidak wajar, sering besendawa dan menarik nafas panjang, suka menyendiri, kurang bersemangat dan malas, suka tidur, dan masalahmasalah kesehatan lain yang sebabnya bukan karena faktor medis.  Adanya tanda-tanda ini atau sebagian daripadanya tergantung pada kuat dan lemahnya penyakit.  Seorang hendaknya kuat iman dan k-uat hati, tidak mudah dirasuki perasaan was-was, sehingga tidak berprasangka dirinya terkena suatu penyakit hanya karena merasakan salah satu tanda-tanda tersebut; sebab prasangka merupaklan penyakit yang paling sulit untuk diobati.  Kadang-kadang beberapa tanda itu terdapat pada sebagian orang namun mereka sehat-sehat saja, atau penyebabnya adalah penyakitjasmani, atau bisa juga disebabkan karena iman yang lemah, seperti: merasa tertekan, merasa sedih, sulitnya rezeki, sedih, tidak bergairah dan sebagainya.  Kalau sudah demikian, ia harus mengintrospeksi kembali hubungannya dengan Allah

Apabila penyakit itu disebabkan karena 'ain,' maka dengan izin Allah pengobatannya dengan salah satu cara berikut:
1)   Jika pelaku 'ain diketahui, anda meminta dia untuk mandi, kemudian mengambil air atau bekasnya
2)   Selanjutnya gunakan air tersebut untuk mandi dan diminum.
3)   Jika pelakunya tidak diketahui, maka penyembuhannya dengan ruqyah, do'a dan hijamah (bekam) Jika penyakit itu karena sihir, maka pengobatannya dengan izin Allah dengan salah satu cara berikut :
a.   Harus mengetahui tempat sihir, 'ika ditemukan, simpul sihirnya dibuka sambil dibacakan Al-Muwwidzatain (surat AIFalaq dan An-Nas) Ialu membakamya.
b.   Ruqyah syar'iyah dengan ayat-ayat AIQur'an, teirutama dengan Al-Muawwidzatain (Surat AI-Falaq dan An-Nas) dan surat AI-Baqarah, 'uga dengan do'a-do'a (akan dijelaskan)
c.   Nusyrah (pengobatan sihir), ada dua macam:
a)   Diharamkan, yaitu mengobati sihir dengan sihir, dan pergi ke tukang sihir untuk menghilangkan pengaruh sihir.
b)   Dibolehkan, di antaranya: dengan mengambil tujuh daun bidara dan menumbuknya di antara dua batu, kemudian dibacakan kepadanya surat AI-Kafirun, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan AnNas, masing-masing tiga kali; Ialu menaruh daun yang sudah ditumbuk tersebut ke dalam air, kemudian digunakan untuk minum dan mandi.  Hal ini hendaknya dilakukan berulang-ulang sampai sembuh, insya Allah.  Diriwayatkan olch Abdul Razzaq dalam Mushannaf nya
4)   Mengeluarkan sihir, dengan cara mengeluarkan apa yang ada dalam perut dengan menggunakan obat pencair, jika sihir ada di perut, dan dengan hijamah (bekam)l, jika sihir ada pada bagian yang lainnya.

Syarat-syarat ruqyah:
a)   Dilakukan dengan membaca AI-Qur'an dan doa-doa yang ada tuntunannya.
b)   Menggunakan bahasa Arab.  Juga dibolehkan berdoa dengan selain Bahasa Arab
c)   Berkeyakinan bahwa ruqyah tidak berpengaruh dengan sendirinya, tetapi kesembuhan itu datangnya dari Allah.&."Agar ruqyah lebih berpengaruh, selayaknya membaca AI-Qur'an dengan niat mendapatkan kesembuhan dan hidayah 2 bagi manusia dan jin.  Karena AI-Qur'an itu diturunkan sebagai hidayah (petunjuk) dan syifa' (obat).  Dan tidak membacanya dengan tujuan membunuh jin kecuali di saat sulit keluamya dengan bacaan tadi.

Syarat-syarat orang yang meruqyah:
a)   Sebaiknya peruqyah adalah seorang muslim, shaleh dan bertakwa.  Semakin tinggi tingkat ketakwaan seorang peruqyah, maka semakin kuat pengaruh ruqyahnya.
b)   Di saat meruqyah, hendaknya bertawajjuh (menghadapkan diri) kepada Allah  dengan sungguh-sungguh, sehingga hati dan lisannya menyatu.  Yang lebih utama seseorang meruqyah dirinya sendiri; karena biasanya orang lain hatinya sibuk sendiri, dan juga karena tidak ada yang bisa merasakan kesusahan dan kebutuhan selain dirinya sendirl, dan Allah telah berjanji untuk mengabulkan do'a orang yang yang sedang dalam kesusahan.

Syarat-syarat orang yang diruqyah:
a)   Lebih diutamakan seorang mukmin yang shaleh, karena pengaruh ruqyah sesuai denran kadar keimanan orang yang diruqyah. "Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang dapat menyembuhkan dan rahmat bagi orangorang yang beriman dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.  " (Qs.  A]-israa': 82)
b)   Bertawajjuh (menghadapkan diri) kepada Allah dengan sungguh-sungguh agar Dia memberikan kesembuhan kepadanya.
c)   Tidak menganggap kesembuhannya datang terlambat; karena ruqyah adalah do'a.  Dan jika sescorang tergesa-gesa untuk dikabulkan do'anya, bisa jadi malah tidak dikabulkan.

Rasulullah  bersabda:
"Dikabulkan (doa) salah seorang dari kamu, selama ia tidak tergesa-gesa, ia berkata, "Saya sudah berdoa, tetapi belum juga dikabulkan. (Muttafaq'Alaihi)

Cara meruqyah:
a)   Membaca ruqyah dengan meniupkan sedikit air ludah.
b)   Membaca ruqyah dengan tidak merupkan air ludah.
c)   Mengambil sedikit air ludah dengan ujung jarinya dan mencampumya dengan debu kemudian mengusapkannya kepada bagian yang sakit.
d)   Membaca ruqyah dengan mengusap bagian yang sakit.

Minggu, 22 April 2012

AKHLAQ
PENDAHULUAN.

“ Akulah Alloh, telah Kuciptakan manusia dengan ilmu-Ku. Barangsiapa Ku kehendaki kebaikan Kubekali dia dengan AKHLAQ YANG MULIA, dan barangsiapa Kukehendaki kebinasaan Kubekali dia dengan AKHLAQ YANG BURUK”.
= Firman Alloh yang disabdakan Nabi Saw dalam Khadits Qudsi
Riwayat Abusy Syaikh dari Ibnu Umar =

Kenyataan yang ada menunjukkan, bahwa ajaran Islam dibidang Akhlaq ini kurang menarik bagi ulama dan sarjana-sarjana islam kita, sehingga hasil karya mereka dibidang ini juga merupakan hal yang langka. Ataukah sunyi sepinya kitab / buku-buku akhlaq ini disebabkan karena sangat sedikitnya ulama dan sarjana Islam yang ahli dibiang  akhlaq ?
Rosululloh SAW diutus kemuka bumi ini diantarannya LI UTAAMIMMAA MAKAARIMAL AKHLAQ. ( Utuk menyempurnakan akhlaq ). Sesuai Sabda Rosululloh SAW :
“ INNAMAL BU’ITSTU LII UTAAMIMMAA MAKAARIMAL AKHLAQ”.
( Sesunguhnya aku diutus kemuka bumi ini untuk menyempurnakan Akhlaq yang mulia )

Memahami Sabda Nabi diatas jelas bagi kita, bahwa missi Islam yang terutama adalah Akhlaq, tetapi justeru bidang yang utama dan terutama ini tidak banyak disentuh oleh orang Islam sendiri. Orang Islam saat ini hanya mengejar IPTEK saja tanpa disertai dengan IMTAQ dimana didalamnya terdapat pendidikan dan pembinaan akhlaq yang selama ini tidak diperhatikan.
Orang tua bangga jika anaknya berprestasi di sekolah dan didalam kegiatan yang lain, meskipun pembinaan dan pendidikan agama sangat kurang. Orang tua sangat bangga menyampaikan kepada orang lain bahwa anaknya berprestasi.
Padahal, sesuai dengan hadits nabi yang berbunyi
ZAINATAL ‘ILMI AL ADABA WA TAWADDU’
Yang artinya : “Perhiasan ilmu itu adalah tata krama dan rendah diri”
Menjadi pegangan bahwa sepandai apapun orang namun jika tidak disertai dengan akhlaq yang mulia serta rasa rendah diri, maka ilmunya tidak akan bermanfaat.
Dengan dasar hadits diatas, maka dapat disimpulkan bahwa antara IMTEK dan IMTAQ tidak dapat dipisah kedua-duanya. Anak bisa pandai dan berprestasi dengan ilmu pengetahuan dan anak bisa mempunyai tata krama dan rendah diri karena iman dan taqwanya. (Jika keduanya sudah tersemai di dalam pribadi si anak, maka dinamakan anak ‘ALIM dan SHOLEH.)
Dengan mempelajari akhlaq yang mulia ini, akan diketahui betapa luhurnya dan mulia ajaran Islam di bidang akhlaq, dan dengan begitu insya Allah akan banyak manfaat yang diambil. Karena itu setiap muslim wajib memiliki dan mempelajarinya, untuk mencapai apa yang disabdakan oleh Nabi SAW “Orang mukmin yang paling sempurna imannya, ialah orang mukmin yang paling baik akhlaqnya”.


RASULULLAH SEBAGAI SURI TAULADAN

Didalam masalah ini, ada dua contoh akhlaq atau moral yang perlu kita mengerti.
1.      Moral Sekuler
Moral sekuler adalah moral yang tidak berdasar pada ajaran agama, yang hanya bersifat duniawi. Tentu saja menurut pengertian ini, adalah moral yang tidak berdasarkan pada kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan akhirat.
Beberapa moral sekuler :
  1. Pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan bukan muhrim yang sudah merajalela.
  2. Cara-cara berpakaian yang tidak menutupi / melindungi bagian tubuh yang rahasia, karena yang diutamakan hanya segi kecantikan dan keindahan saja, dengan tanpa menghiraukan segi-segi yang penting lainnya, seperti segi agama/moral dan segi kesehatan.
  3. Sistem tunangan atau pacaran yang mereka sudah menganggap bahwa seolah-olah keduanya sudah merupakan suami istri yang sah.
  4. Pemilihan-pemilihan ratu kecantikan
  5. Permainan Game
  6. Makan dengan tangan kiri dengan berdiri atau berjalan
  7. Budaya Standing Party
  8. Merayakan Valentine Day
  9. Merayakan tahun baru nasional, dll
Sebagian besar Moral Sekuler ini kita dapatkan dan kita peroleh dari siaran-siaran televisi dan sejenisnya.

2.      Moral Keagamaan
Sebagai orang Islam, tentu saja kita wajib menganut dan melaksanakan Moral Keagamaan, bukan moral sekuler. Tetapi moral keagamaan yang harus kita anut disitu tentu saja adalah moral agama Islam, bukan moral agama lain. Dengan kata lain, kita wajib menjadi orang Islam yang berakhlaq Islam.
Untuk itu,m maka yang menjadi suri tauladan bagi kita adalah seperti yang difrimankan Allah didalam AL Quran Surat Al Ahzab : 21





“Sesungguhnya rasululloh itu menjadi contoh teladan bagi kamu dan bagi orang yang mengharapkan menemui Tuhan dan hari kemudian, serta mengingat Alah sebanyak-banyaknya”

Pribadi Rasulullah adalah merupakan anutan  atau contoh teladan bagi kita karena Muhammad sebagai nabi dan utusan Allah sebagai orang yang paling tau tentang agama yang dibawanya dan paling sempurna dalam hal mengamalkannya sehingga Allah ridho kepadanya.
Diantara kemuliaan Akhlaq Rasulullah adalah :
  1. Tidak pernah menyusahkan ahli rumahnya dalam soal makan, minum atau dalam soal lain
  2. Ia tidak makan sebelum lapar dan kalau makan tidak sampai kenyang
  3. Ia tidak pernah memukul siapapu kecuali dalam peperangan
  4. Ia tidak pernah marah dan berkata kasar kepada pembantu rumah tangganya
  5. Beliau manusia yang paling lemah lembut, tidak suka disitimewakan dari sahabat-sahabatya
  6. Ia selalu melayani tamu-tamunya dengan baik, meskipun dengan musuhnya atau pun dengan orang yang lain agama
  7. Tidak pernah ia ucapkan perkataan yang rendah atau keji
  8. Ia selalu memulai memberi salam
  9. Ia suka memerah susu kambingnya dengan tangannya sendiri dan ia urus sendiri keperluan hidupnya
  10. Ia selalu memuliakan tamu
  11. Ia sangat kasih dan sayang kepada sesama manusia bahkan juga sayang kepada binatang, dsb

Sebagi orang Islam, selain kita harus taat kepada Allah, juga harus patuh dan mengikuti jejak langkah orang yang menjadi nabi dan rasulNya yaitu Muhammad SAW, dimana jejak langkah beliau inilah yang dinamakan sunnah nabi, yang menjadi sumber hukum dan ajaran Islam kedua sesudah kitab suci Al Quran.

Seperti yang difirmankan Allah dalam Al Quran Surat Ali Imron : 31
yang artinya “Katakanlah, kalau betul kamu mencintai Allah, ikutilah aku (Nabi Muhammad), niscaya kamu akan dicintai oleh Allah dan diampuni dosamu. Allah itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang”


Beberapa budi pekerti atau akhlaq yang perlu kita pelajari dan kita diajarkan kepada generasi kita
1.      Akhlaq manusia kepada Tuhan yang didalamnya terdapat pendidikan antara lain menjalin jaliur vertikal dan horisontal, beriman kepada Allah, beribadah/mengabdi kepada Allah, tidak mempersekutukan Allah dengan apapun juga, takut kepada Allah, cinta kepada Allah, ridho dan ikhlas terhadap ketentuan Allah, bertobat dan bersyukur kepada Allah.

2.      Akhlaq manusia kepada Nabi Muhammad.
-         Beriman kepada Nabi
-         Tunduk patuh kepada Nabi
-         Cinta kepada Nabi
-         Bersholawat kepada Nabi

3.      Akhlaq anak kepada Ibu (Surga dibawah telapak kaki ibu)
Didalamnya mengandung pendidikan birrul walidain sebagai prioritas pertama dan pendidikan didalam masalah ini bisa diambil didalam Quran Surat Luqman

4.      Memuliakan Guru
Siapa yang disebut guru? Setiap orang didalam hidup ini tentulah memperoleh pendidikan dan pengajaran dari orang lain. Baik formal maupun informal atau juga keduanya. Pendidikan formal dilaksanakan di sekolah atau pondok pesantren, sedangkan pendidikan informal dilaksanakan atau diperoleh di luar sekolah, melalui ceramah2, membaca buku, dsb.
Baik guru formal maupun guru informal, mereka adalah sama. Keduanya adalah “Guru” Sedangkan Guru didalam pesantren berfungsi sebagai orang tua rohani bagi santrinya dan orang tua adalah sebagai orang tua jasmani dari santri.

Sebab-sebab wajib memuliakan guru.

Jika kita mengingat bait-bait lagu yang berbunyi “

Kita jadi pintar karna siapa
Kita jadi tahu dengan segala bidang ilmu dari siapa
Kita jadi pintar dibimbing bu guru
Kita jadi tahu dibimbing pak guru
Guru bak pelita, penerang dalam gulita
Jasamu tiada tara.

Semua perlakuan tidak wajar kepada guru tidak dapat dibenarkan. Apalagi kalau ketidakwajaran itu telah meningkat begitu rupa menjadi kejahatan kepada guru. Sebab Islam mengajarkan banyak keterangan yang menerangkan bahwa hendaknya murid menghormati dan memuliakan guru.
Sabda Rasulullah “Muliakanlah orang yang kamu belajar daripadanya” Riwayat Abu Hasan Al Mawardi
a.             Dengan memperhatikan syair lagu diatas, maka Guru adalah orang yang sangat mulia
b.            Guru adalah orang yang sangat besar jasanya
c.             Dilihat dari segi usia, guru lebih tua daripada muridnya, sedang orang yang muda wajib menghormat kepada orang yang lebih tua
Tetapi kadang-kadang, anak merasa kurang simpati / kurang menghormati kepada guru dikarenakan guru itu sendiri yang mengkondisikan sehingga anak merasa takut, merasa jengkel dan perasaan lainnya, sehingga rasa hormat murid terhadapa guru / anak terhadap orang tua sama sekali tidak ada.
  
Contoh :
-         Pada saat anak/murid datang ke sekolah, atau berpamitan dan mengulurkan tangan untuk bersalaman, maka orang tua/ guru tidak membalas uluran tangan tersebut dengan hati yang tulus.
-         Membawa maslah –masalah keluarga di sekolah, sehingga anak disuguhi dengan muka yang masam yuang kadang kala menyebabkan anak tidak mau bersekolah.
-         Untuk mendidik anak, khususnya anak TK agar supaya selalu memuliakan gurunya dan mengingat tentang jasa gurunya, maka langkah awal yang dapat dilakukan adalah misalnya sebelum anak-anak masuk kelas, seluruhnya dibariskan didepan sekolah sesuai dengan kelas masing-masing, bersama dengan bapak ibu guru karyawan berjajar di depan para murid sambil murid diajarkan atau dituntun menyanyikan lagu
“Teng teng bell-e wis muni, Jam setengah wolu,
Yo iku mertandani murid podho mlebu
Kanthi nggowo piranti praboting sinau
Yen wes tata nuli, diwulang ibu guru”

Setelah itu anak dibimbing untuk berdoa “Rodhitubillah hi robba ......”
Setelah itu sesuai dengan urutan anak-anak dituntun masuk kelas masing-masing dengan bersalaman dengan bapak ibu guru karyawan sambil berjalan memasuki kelas diikuti oleh guru kelas masing-masing.


5.            Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah Islamiyah artinya persaudaraan Islam. Yaitu persaudaraan yang diajarkan oleh Islam yang berlaku dikalangan sesama orang Islam. Didalam Islam terdapat 3 pengertian Ukhuwah / Persaudaraan :
  1. Ukhuwah Islamiyah – Persaudaraan sesama muslim
  2. Ukhuwah Insaniyah - Persaudaraan sesama manusia
  3. Ukhuwah Wathoniyah – Persaudaraan antar bangsa

Khusus Ukhuwah Islamiyah misalnya dapat diajarkan
Dalam pengertiannya yang maksimal yang disebutkan dalam Hadits riwayat Muslim ada 6 perkara yangmenjadi hak antara orang Islam satu dengan yang lain. Yaitu :


IDZA DA’AKA FA AJIB-HU
“Apabila ia mengundang, wajib kamu penuhi”

IDZASTAN SHOKHAKA FANSHOKH LAHU
“Jika ia minta nasehat, nasehatilah dia”

IDZA ‘ATHOSA FA KHAMIDAL LAHA FA SYAMMIT-HU
“Jika ia bersin dan memuji Allah, doakanlah ia”

IDZA MARIDLO FA ‘UD-HU
“Jika ia jatuh sakit, tengoklah ia”

IDZA MATA FAT TABI’ HU
“Jika ia meninggal, antrakanlah jenazahnya”

6.            SALAM ISLAM.
Didalamnya terdapat pendidikan dan pengertian tentang bersalam

IDZA LAQITAHU FASALLIM ‘ALAIHI
“Jika kamu bertemu dengan sesama Muslim, ucapkanlah salam kepadanya”
Bersalam dengan orang non muslim
Tata tertib bersalam


7.      Akhlaq kepada tetangga
Didalamnya terdapat pendidikan :
-               Berbuat baik kepada tetangga.
-               Makna berbuat baik kepada tetangga
-               Utamakan yang lebih dekat

  
PENUTUP
Dalam masalah pendidikan akhlaq ini sangatlah penting. Maka marilah kita sebagai orang tua mendidik putra putri kita agar supaya memiliki akhlaq yang baik. Karena sesuai dengan wasiat Rasulullah SAW yang dituangkan didalam kitab Alkhaqul Banin (Akhlaq untuk anak-anak) beliau menyampaikan sebagai berikut :
“Wahai ingatlah anak-anakku yang mulia, sesungguhnya akhlaq yang bagus itu menjadi sebab kebahagiaan kalian semua didunia dan diakhirat. Karena pasti Allah akan ridho kepadamu dan semua keluargamu memuliakan kamu serta semua manusia mencintai kamu”. Namun sebaliknya, apabila kamu berakhlaq yang tidak baik, maka celakalah kamu di dalam dunia dan akhirat dan Allah akan mengadzab kepadamu dan akan merendahkan kamu semua keluargamu dan semua manusia akan membenci kamu dan kamu akan diremehkan dan dihinakan oleh semua makhluk

“Maka biasakanlah bertata krama yang baik dan bagus serta budi pekerti luhur mulai dari kamu kecil agar supaya tumbuh atas dirimu sampai masa tuamu”

“Sesungguhnya manusia itu tidak melihat kepada seseorang dari raut mukanya, dari harta bendanya, dari pakaiannya. Tetapi manusia itu pada melihat kamu dari akhlaqmu.”


Akhirnya syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, sebab hanya karena ridho dan restunya maka hasil karya ini dapat terwujud. Semoga tulisan yang sedikit ini diterima oleh Allah SWT sebagai amal baik kami dan bermanfaat bagi siapapun yang membacanya fi dinni fi dunya wal akhirah.


Disusun Oleh
KH. Roikhan Zainal Arifin Al-Makky
Disampaikan pada acara Forum Silaturrahim Orang Tua Anak Didik TKIM Bhakti Mulia Yogyakarta




Kamis, 19 April 2012


KEBAHAGIAAN SEJATI
KEBAHAGIAAN  AHLI THORIIQOH


Disampaikan  Oleh : Syechunal  Kariim  KH.Utsman Abidin
Pondok Pesantren Al – Markhamah, petamburan, Jakarta
Kepada para santri pengamal dan ahluth thoriiqoh
Tanggal : 20   O  k t o b e r  1991 M
                      Robi’uts tsani 1412 H

          Alangkah ni’mat merasa dekat dengan Alloh. Bahkan berbagai methode dan cara telah berkembang sebagai jalan menuju kesana. Terang saja, sejak diperkenalkan beberapa abad yang lalu, hingga kini Tasawwuf / Thoriiqoh tidak pernah sepi peminat.
          Agak sulit melacak kapan tepatnya lahir jalan tasawwuf atau thoriiqoh / Tarekat. Namun berdasar dari beberapa keterangan  dari  narasumber, thoriiqoh ini telah lahir  kira-kira sejak abad ke 3.
          Menurut penyampaian dari narasumber, disampaikan bahwa ada sebuah pengalaman dari seorang Imam besar yaitu Imam Besar Ahli Sufi IMAM GHOZALI. Beliau suatu saat merasa bimbang dan gundah. Sebab diusianya yang masih begitu muda ; 35 tahun, ia terbilang sukses untuk ukuran saat itu. Karena  penguasaannya yang diatas rata-rata terhadap ilmu pengetahuan, nama AL- GHOZALI menjadi tersohor. Ia dihormati, diberi kedudukan tinggi, dan bergelimang harta.Namun dengan itu semua Imam ghozali tidak menemukan hakekat dari apa yang sedang dijalaninya. Ia bahkan merasa diri jauh dari Alloh. Hal ini membuat dia risau, sampai-sampai untuk beberapa lama ia jatuh sakit, dan tak berhenti merenung-renung.
          Perenungan Al-Ghozali akhirnya membuahkan hasil, seketika semangat hidupnya bergelora dan bangkit kembali. Suatu keputusan besar hendak dinyatakannya; yaitu mendalami tasawwuf / thoriiqoh dan memilih jalan sufi. Sejak saat itu tahun 1095 memulai perjalanan rohaninya. Ia menanggalkan segala atribut dan status sosialnya yang telah diraih.
          Keputusan itu  adalah  penyelesaian masalah. Al-Ghozali sangat yakin  akan hal tersebut. Seperti kemudian dijabarkan dalam IHYA’ ‘ULUMUDDIN, serta KASYIFATUL QULUB.Lebih jauh, di RISALAH AL-QUSYAIRIYAH dijelaskan, dalam diri manusia terdiri dari Tiga unsur ; yaitu : QOLBU, RUH, ASSIRU.
Jika seseorang berhasil mensucikan assiru atau lubuk hati, dia bisa bermusyahadah dengan Alloh. Dia akan mendapatkan kenikmatan diluar materi bahkan mencapai tingkatan Ma’rifat.
          Tingkatan itu dapat dicapai melalui latihan-latihan ( Riyadloh ) lewat Maqomat-maqomat     ( tahapan – tahapan )yang telah ditentukan. Apakah jalan tasawwuf baru akan disentuh setelah kegundahan dan kebimbangan demikian merisaukan ?. Dan apakah tingkat ma’rifat harus dijalani dengan menanggalkan “ Urusan keduniaan “ sama sekali ? tidak ! Kalau begitu, tidak bertanggung jawab namanya.
Padahal Al-Ghozali sendiri dalam kitabnya AZKIYA FII THORIIQIL AULIYA’ menjelaskan bahwa thoriiqoh itu dijalani tanpa mengabaikan tanggung jawab sosial. Thoriiqoh bisa ditekuni dengan leluasa, baik oleh awam, Pengusaha, maupun Penguasa.
          Sesungguhnya, memang mendekat kepada Alloh bukanlah suatu pelarian. Tetapi menyerahkan diri secara total dan berusaha untuk dikasihi oleh Sang Pencipta   ( Al-Kholiq ), adalah suatu sudut kerohanian yang bisa sangat manusiawi. Tentang metode atau maqomat-maqomatnya itu persoalan lain. Makanya, kemudian kelompok thoriiqoh tumbuh menjamur.
          Satu hal, kesetiaan para pengikut thoriiqoh terhadap gurunya kemudian menarik perhatian banyak pihak. Dan akhirnya kelompok thoriiqoh pun bisa di perlukan untuk kepentingan – kepentingan tertentu, pemilu misalnya.
          Thoriiqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah yang hingga kini sangat populer di Indonesia, memang telah mengukir sejarah tersendiri. Selain dituding oleh kalangan Belanda, menjadi penggerak dan pemicu meletusnya pemberontakan Cilegon               ( Banten) yang dipimpin oleh seorang Mursyid Thoriiqoh ini, yaitu guru kami yang Mulia Syeikh. KH. Musaddad Faqih Al-Bantani, sebagian besar Thoriiqoh yang tersebar dibanyak tempat di Indonesia,  bergabung ke thoriiqoh Naqsyabandiyyah.
          Selain berbentuk pertalian yang kokoh antara guru dan murid, Thoriiqoh ini juga mendapat dukungan kuat dari kalangan ulama yang pada umumnya melestarikan paham Ahlussunah wal jama’ah. Di kalangan inilah, di Indonesia Thoriiqoh Qodiriyyah dan Naqsyabandiyyah mendapat pijakan yang kokoh, bersamaan  dengan proses penyebaran agama Islam di Nusantara.
          Selain sumbangsihnya dalam membangkitkan semangat dan kesadaran masyarakat untuk melawan kolonial Belanda, thoriiqoh juga telah berkiprah besar dalam mengatasi banyak problem yang muncul dikalangan manusia moderen.
Dalam hal ini, thoriiqoh telah banyak memberikan banyak sumbangan dan memainkan banyak peran bagi kehidupan manusia masa kini. Tujuan pokoknya, yaitu untuk membentuk kepribadian manusia sholeh, merupakan tujuan yang tidak akan pernah basi sepanjang zaman.
          Sebagaimana terlihat dari namanya, thoriiqoh/tarekat berarti suatu cara, sistem dan jalan untuk mencapai tujuan. Yaitu tujuan membentuk manusia yang bersih hati, mulia akhlaqnya dalam pandangan Alloh, dan bersih dari dosa-dosa.
Agar yang kita kerjakan / amal kita diterima oleh Alloh, maka ada orang yang membuat semacam tata cara tertentu. Misalnya apa yang harus dibaca dan bagaimana gerakannya. Cara-cara itu dilakukan untuk mencapai tingkat ketinggian atau kedewasaan. Pelaksanaannya disebut suluk, sedang yang mengerjakan disebut salik. Pelaksanaan dan pengamalan terekat merupakan satu praktek yang sangat baik.
          Thoriiqoh menyebar dan berkembang meluas ke seluruh pelosok negeri yang dihuni orang-orang Islam saat negeri-negeri itu dalam suasana kehidupan yang lemah. Menurut Rois ‘am PB NU saat itu Guru kami yang mulia Syeikh KH. Utsman Abidin Pengasuh Pon Pes Al – Markhamah, Petamburan, Jakarta, yang juga Dewan penasehat Thoriiqoh Mu’tabaroh se Indonesia dan ketua Thoriiqoh se DKI, juga sebagi Nadhir lembaga pendidikan Islam yang bertolak kepada pengamal dan Ahli Thoriiqoh yaitu Yayasan Al-Mubarok, Al- Islam, Nurul Islam, serta Al-markhamah, kepada Roikhan ZA     ( penulis ) saat masih belajar Thoriiqoh di Yayasan tersebut, beliau menyampaikan bahwa Thoriiqoh merupakan satu upaya mencapai tingkatan ikhsan.
          Ikhsan , adalah peringkat tertinggi dalam manusia beragama, setelah Iman dan Islam. Beliau yang juga pendiri Ittihadul Muballighiin menerjemahkan ketiga tingkatan dalam Islam itu. Islam itu Syari’at bertingkah laku yang lahir.
Hal ini menyangkut hukum-hukum yang ditetapkan syari’at Islam, seperti yang diamalkan dan berlaku untuk umum seluruh pemeluk Islam. Sedangkan Iman, ini yang menyangkut keyakinan ( Aqidah ). Soal Iman ini tdk bisa dikontrol oleh orang lain, hanya dirinya sendirilah yang tahu. Sedangkan Ikhsan,  lebih menekankan kepada soal hati. Bagaimana manusia dapat mempunyai hati yang bersih, jauh dari sifat takabur, dengki, Riya, dan sebagainya. Sifat-sifat hati inilah yang menjadi garapan Ikhsan. Sedang sebagai Imamnya Ikhsan ini adalah dinamakan Thoriiqoh.
           Kata beliau juga, bahwa thoriiqoh bukan barang baru. Setiap orang yang beriman, mesti berusaha dalam hidupnya untuk dapat mencapai Ikhsan. Sayangnya orang sekarang kebanyakan hanya memikirkan Iman dan Islam saja, sementara Ikhsan tidak diperhatikan. Itulah sebabnya kita masih banyak menemukan sifat pemarah, masih mendengar orang mencela sana-sini, ketidak jujuran sikap, bertengkar antar orang, antar organisasi, bahkan antar partai. Ini semua berasal dari hati yang kotor, tidak ada ke Ikhlasan.
          Thoriiqoh dapat dikatakan Mu’tabaroh ( Sah / Resmi ) bila memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat itu Pertama : Tidak boleh menyimpang dari dasar Qur’an.  Kedua : Tidak menyimpang dari sunnah Rosul. Ketiga : Tidak keluar dari Ijma’ Ulama, Ru’yah Sholikhah atau ilham yang baik. Misalnya ada guru Thoriiqoh di ilhami oleh Alloh disuruh membaca “ ini dan Itu “ , maka akan diwajibkan kepada muridnya untk membacanya, meskipun tidak ada haditsnya. Tapi dzikir yang dilihat oleh gurunya dalam mimpinya itu tidak akan keluar dari Qur’an dan hadits, dia akan kesana berdasarkan Qur’an Hadits. Inilah yang dinamakan Thoriiqoh Mu’tabaroh.
           Saat ini memang, sudah banyak yang sudah tidak mu’tabaroh lagi karena tidak memenuhi Syarat / kriteria seperti diatas tadi, bahkan banyak yang digolongkan sebagai thoriiqoh batal.  Maka dengan sendirinya sudah tidak diakui lagi oleh Nahdlotul Ulama       ( NU )  karena bukan Thoriiqoh asli AHLUSSUNAH WAL JAMA’AH .
           Perbedaan thoriiqoh mu’tabaroh itu terletak pada cara Mursyid   ( guru ) dalam melatih. Jadi, tergantung mursyid ini, melalui mimpi yang sholikhah dia membuat peraturan atau tatakrama yang berlainan yang dapat membawa muridnya menjadi orang sholeh, tidak sombong, dan ikhlas. Tapi tatakrama ini tidak keluar dari kriteria diatas. Demikian, lanjut beliau mengatakan.
          Juga, seperti dalam fiqih, orang boleh ber ijtihad dan mengeluarkan fatwa dengan alasan dia sudah cukup mampu. Demikian pula dalam thoriiqoh.
 Sebagai dampak dari kebijakan ini, banyak tumbuh thoriiqoh baru yang semuanya tidak lepas dari Qur’an dan Sunah Rasul, Ijma Ulama, dan ru’yat sholikhah dan tentu saja ISTIGHFAR. Karena thoriiqoh tidak pernah sepi atau berlibur dari ISTIGHFAR, DZIKIR KEPADA ALLOH, MEMBACA QUR’AN, BERSHOLAWAT KEPADA ROSUL, DAN MELAKSANAKAN SEMUA YANG WAJIB, MELAKSANAKAN SEMUA YANG SUNNAH, sehingga biasa dikatakan : KEBAIKAN BAGI ORANG BIASA, ITU KEJAHATAN BAGI AHLI THORIIQOH ”. Misalnya, jika kita tidak sholat sunat sebelum dan sesudah Dhuhur, itu tidak apa-apa. Tapi bagi pengamal thoriiqoh, itu durhaka besar. Dia berilmu, tapi tidak mengamalkan ilmunya. Karena pengamal thoriiqoh mempunyai amalan sunat yang tidak boleh ditinggalkan.

Ditulis kembali Oleh : Roikhan Zainal Arifin
Alumni Pondok Pesantren Al – Markhamah, Petamburan, Jakarta
Tanggal : 18  September 2004 M   /   3  Sya’ban      1425 H