Minggu, 22 April 2012

AKHLAQ
PENDAHULUAN.

“ Akulah Alloh, telah Kuciptakan manusia dengan ilmu-Ku. Barangsiapa Ku kehendaki kebaikan Kubekali dia dengan AKHLAQ YANG MULIA, dan barangsiapa Kukehendaki kebinasaan Kubekali dia dengan AKHLAQ YANG BURUK”.
= Firman Alloh yang disabdakan Nabi Saw dalam Khadits Qudsi
Riwayat Abusy Syaikh dari Ibnu Umar =

Kenyataan yang ada menunjukkan, bahwa ajaran Islam dibidang Akhlaq ini kurang menarik bagi ulama dan sarjana-sarjana islam kita, sehingga hasil karya mereka dibidang ini juga merupakan hal yang langka. Ataukah sunyi sepinya kitab / buku-buku akhlaq ini disebabkan karena sangat sedikitnya ulama dan sarjana Islam yang ahli dibiang  akhlaq ?
Rosululloh SAW diutus kemuka bumi ini diantarannya LI UTAAMIMMAA MAKAARIMAL AKHLAQ. ( Utuk menyempurnakan akhlaq ). Sesuai Sabda Rosululloh SAW :
“ INNAMAL BU’ITSTU LII UTAAMIMMAA MAKAARIMAL AKHLAQ”.
( Sesunguhnya aku diutus kemuka bumi ini untuk menyempurnakan Akhlaq yang mulia )

Memahami Sabda Nabi diatas jelas bagi kita, bahwa missi Islam yang terutama adalah Akhlaq, tetapi justeru bidang yang utama dan terutama ini tidak banyak disentuh oleh orang Islam sendiri. Orang Islam saat ini hanya mengejar IPTEK saja tanpa disertai dengan IMTAQ dimana didalamnya terdapat pendidikan dan pembinaan akhlaq yang selama ini tidak diperhatikan.
Orang tua bangga jika anaknya berprestasi di sekolah dan didalam kegiatan yang lain, meskipun pembinaan dan pendidikan agama sangat kurang. Orang tua sangat bangga menyampaikan kepada orang lain bahwa anaknya berprestasi.
Padahal, sesuai dengan hadits nabi yang berbunyi
ZAINATAL ‘ILMI AL ADABA WA TAWADDU’
Yang artinya : “Perhiasan ilmu itu adalah tata krama dan rendah diri”
Menjadi pegangan bahwa sepandai apapun orang namun jika tidak disertai dengan akhlaq yang mulia serta rasa rendah diri, maka ilmunya tidak akan bermanfaat.
Dengan dasar hadits diatas, maka dapat disimpulkan bahwa antara IMTEK dan IMTAQ tidak dapat dipisah kedua-duanya. Anak bisa pandai dan berprestasi dengan ilmu pengetahuan dan anak bisa mempunyai tata krama dan rendah diri karena iman dan taqwanya. (Jika keduanya sudah tersemai di dalam pribadi si anak, maka dinamakan anak ‘ALIM dan SHOLEH.)
Dengan mempelajari akhlaq yang mulia ini, akan diketahui betapa luhurnya dan mulia ajaran Islam di bidang akhlaq, dan dengan begitu insya Allah akan banyak manfaat yang diambil. Karena itu setiap muslim wajib memiliki dan mempelajarinya, untuk mencapai apa yang disabdakan oleh Nabi SAW “Orang mukmin yang paling sempurna imannya, ialah orang mukmin yang paling baik akhlaqnya”.


RASULULLAH SEBAGAI SURI TAULADAN

Didalam masalah ini, ada dua contoh akhlaq atau moral yang perlu kita mengerti.
1.      Moral Sekuler
Moral sekuler adalah moral yang tidak berdasar pada ajaran agama, yang hanya bersifat duniawi. Tentu saja menurut pengertian ini, adalah moral yang tidak berdasarkan pada kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan akhirat.
Beberapa moral sekuler :
  1. Pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan bukan muhrim yang sudah merajalela.
  2. Cara-cara berpakaian yang tidak menutupi / melindungi bagian tubuh yang rahasia, karena yang diutamakan hanya segi kecantikan dan keindahan saja, dengan tanpa menghiraukan segi-segi yang penting lainnya, seperti segi agama/moral dan segi kesehatan.
  3. Sistem tunangan atau pacaran yang mereka sudah menganggap bahwa seolah-olah keduanya sudah merupakan suami istri yang sah.
  4. Pemilihan-pemilihan ratu kecantikan
  5. Permainan Game
  6. Makan dengan tangan kiri dengan berdiri atau berjalan
  7. Budaya Standing Party
  8. Merayakan Valentine Day
  9. Merayakan tahun baru nasional, dll
Sebagian besar Moral Sekuler ini kita dapatkan dan kita peroleh dari siaran-siaran televisi dan sejenisnya.

2.      Moral Keagamaan
Sebagai orang Islam, tentu saja kita wajib menganut dan melaksanakan Moral Keagamaan, bukan moral sekuler. Tetapi moral keagamaan yang harus kita anut disitu tentu saja adalah moral agama Islam, bukan moral agama lain. Dengan kata lain, kita wajib menjadi orang Islam yang berakhlaq Islam.
Untuk itu,m maka yang menjadi suri tauladan bagi kita adalah seperti yang difrimankan Allah didalam AL Quran Surat Al Ahzab : 21





“Sesungguhnya rasululloh itu menjadi contoh teladan bagi kamu dan bagi orang yang mengharapkan menemui Tuhan dan hari kemudian, serta mengingat Alah sebanyak-banyaknya”

Pribadi Rasulullah adalah merupakan anutan  atau contoh teladan bagi kita karena Muhammad sebagai nabi dan utusan Allah sebagai orang yang paling tau tentang agama yang dibawanya dan paling sempurna dalam hal mengamalkannya sehingga Allah ridho kepadanya.
Diantara kemuliaan Akhlaq Rasulullah adalah :
  1. Tidak pernah menyusahkan ahli rumahnya dalam soal makan, minum atau dalam soal lain
  2. Ia tidak makan sebelum lapar dan kalau makan tidak sampai kenyang
  3. Ia tidak pernah memukul siapapu kecuali dalam peperangan
  4. Ia tidak pernah marah dan berkata kasar kepada pembantu rumah tangganya
  5. Beliau manusia yang paling lemah lembut, tidak suka disitimewakan dari sahabat-sahabatya
  6. Ia selalu melayani tamu-tamunya dengan baik, meskipun dengan musuhnya atau pun dengan orang yang lain agama
  7. Tidak pernah ia ucapkan perkataan yang rendah atau keji
  8. Ia selalu memulai memberi salam
  9. Ia suka memerah susu kambingnya dengan tangannya sendiri dan ia urus sendiri keperluan hidupnya
  10. Ia selalu memuliakan tamu
  11. Ia sangat kasih dan sayang kepada sesama manusia bahkan juga sayang kepada binatang, dsb

Sebagi orang Islam, selain kita harus taat kepada Allah, juga harus patuh dan mengikuti jejak langkah orang yang menjadi nabi dan rasulNya yaitu Muhammad SAW, dimana jejak langkah beliau inilah yang dinamakan sunnah nabi, yang menjadi sumber hukum dan ajaran Islam kedua sesudah kitab suci Al Quran.

Seperti yang difirmankan Allah dalam Al Quran Surat Ali Imron : 31
yang artinya “Katakanlah, kalau betul kamu mencintai Allah, ikutilah aku (Nabi Muhammad), niscaya kamu akan dicintai oleh Allah dan diampuni dosamu. Allah itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang”


Beberapa budi pekerti atau akhlaq yang perlu kita pelajari dan kita diajarkan kepada generasi kita
1.      Akhlaq manusia kepada Tuhan yang didalamnya terdapat pendidikan antara lain menjalin jaliur vertikal dan horisontal, beriman kepada Allah, beribadah/mengabdi kepada Allah, tidak mempersekutukan Allah dengan apapun juga, takut kepada Allah, cinta kepada Allah, ridho dan ikhlas terhadap ketentuan Allah, bertobat dan bersyukur kepada Allah.

2.      Akhlaq manusia kepada Nabi Muhammad.
-         Beriman kepada Nabi
-         Tunduk patuh kepada Nabi
-         Cinta kepada Nabi
-         Bersholawat kepada Nabi

3.      Akhlaq anak kepada Ibu (Surga dibawah telapak kaki ibu)
Didalamnya mengandung pendidikan birrul walidain sebagai prioritas pertama dan pendidikan didalam masalah ini bisa diambil didalam Quran Surat Luqman

4.      Memuliakan Guru
Siapa yang disebut guru? Setiap orang didalam hidup ini tentulah memperoleh pendidikan dan pengajaran dari orang lain. Baik formal maupun informal atau juga keduanya. Pendidikan formal dilaksanakan di sekolah atau pondok pesantren, sedangkan pendidikan informal dilaksanakan atau diperoleh di luar sekolah, melalui ceramah2, membaca buku, dsb.
Baik guru formal maupun guru informal, mereka adalah sama. Keduanya adalah “Guru” Sedangkan Guru didalam pesantren berfungsi sebagai orang tua rohani bagi santrinya dan orang tua adalah sebagai orang tua jasmani dari santri.

Sebab-sebab wajib memuliakan guru.

Jika kita mengingat bait-bait lagu yang berbunyi “

Kita jadi pintar karna siapa
Kita jadi tahu dengan segala bidang ilmu dari siapa
Kita jadi pintar dibimbing bu guru
Kita jadi tahu dibimbing pak guru
Guru bak pelita, penerang dalam gulita
Jasamu tiada tara.

Semua perlakuan tidak wajar kepada guru tidak dapat dibenarkan. Apalagi kalau ketidakwajaran itu telah meningkat begitu rupa menjadi kejahatan kepada guru. Sebab Islam mengajarkan banyak keterangan yang menerangkan bahwa hendaknya murid menghormati dan memuliakan guru.
Sabda Rasulullah “Muliakanlah orang yang kamu belajar daripadanya” Riwayat Abu Hasan Al Mawardi
a.             Dengan memperhatikan syair lagu diatas, maka Guru adalah orang yang sangat mulia
b.            Guru adalah orang yang sangat besar jasanya
c.             Dilihat dari segi usia, guru lebih tua daripada muridnya, sedang orang yang muda wajib menghormat kepada orang yang lebih tua
Tetapi kadang-kadang, anak merasa kurang simpati / kurang menghormati kepada guru dikarenakan guru itu sendiri yang mengkondisikan sehingga anak merasa takut, merasa jengkel dan perasaan lainnya, sehingga rasa hormat murid terhadapa guru / anak terhadap orang tua sama sekali tidak ada.
  
Contoh :
-         Pada saat anak/murid datang ke sekolah, atau berpamitan dan mengulurkan tangan untuk bersalaman, maka orang tua/ guru tidak membalas uluran tangan tersebut dengan hati yang tulus.
-         Membawa maslah –masalah keluarga di sekolah, sehingga anak disuguhi dengan muka yang masam yuang kadang kala menyebabkan anak tidak mau bersekolah.
-         Untuk mendidik anak, khususnya anak TK agar supaya selalu memuliakan gurunya dan mengingat tentang jasa gurunya, maka langkah awal yang dapat dilakukan adalah misalnya sebelum anak-anak masuk kelas, seluruhnya dibariskan didepan sekolah sesuai dengan kelas masing-masing, bersama dengan bapak ibu guru karyawan berjajar di depan para murid sambil murid diajarkan atau dituntun menyanyikan lagu
“Teng teng bell-e wis muni, Jam setengah wolu,
Yo iku mertandani murid podho mlebu
Kanthi nggowo piranti praboting sinau
Yen wes tata nuli, diwulang ibu guru”

Setelah itu anak dibimbing untuk berdoa “Rodhitubillah hi robba ......”
Setelah itu sesuai dengan urutan anak-anak dituntun masuk kelas masing-masing dengan bersalaman dengan bapak ibu guru karyawan sambil berjalan memasuki kelas diikuti oleh guru kelas masing-masing.


5.            Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah Islamiyah artinya persaudaraan Islam. Yaitu persaudaraan yang diajarkan oleh Islam yang berlaku dikalangan sesama orang Islam. Didalam Islam terdapat 3 pengertian Ukhuwah / Persaudaraan :
  1. Ukhuwah Islamiyah – Persaudaraan sesama muslim
  2. Ukhuwah Insaniyah - Persaudaraan sesama manusia
  3. Ukhuwah Wathoniyah – Persaudaraan antar bangsa

Khusus Ukhuwah Islamiyah misalnya dapat diajarkan
Dalam pengertiannya yang maksimal yang disebutkan dalam Hadits riwayat Muslim ada 6 perkara yangmenjadi hak antara orang Islam satu dengan yang lain. Yaitu :


IDZA DA’AKA FA AJIB-HU
“Apabila ia mengundang, wajib kamu penuhi”

IDZASTAN SHOKHAKA FANSHOKH LAHU
“Jika ia minta nasehat, nasehatilah dia”

IDZA ‘ATHOSA FA KHAMIDAL LAHA FA SYAMMIT-HU
“Jika ia bersin dan memuji Allah, doakanlah ia”

IDZA MARIDLO FA ‘UD-HU
“Jika ia jatuh sakit, tengoklah ia”

IDZA MATA FAT TABI’ HU
“Jika ia meninggal, antrakanlah jenazahnya”

6.            SALAM ISLAM.
Didalamnya terdapat pendidikan dan pengertian tentang bersalam

IDZA LAQITAHU FASALLIM ‘ALAIHI
“Jika kamu bertemu dengan sesama Muslim, ucapkanlah salam kepadanya”
Bersalam dengan orang non muslim
Tata tertib bersalam


7.      Akhlaq kepada tetangga
Didalamnya terdapat pendidikan :
-               Berbuat baik kepada tetangga.
-               Makna berbuat baik kepada tetangga
-               Utamakan yang lebih dekat

  
PENUTUP
Dalam masalah pendidikan akhlaq ini sangatlah penting. Maka marilah kita sebagai orang tua mendidik putra putri kita agar supaya memiliki akhlaq yang baik. Karena sesuai dengan wasiat Rasulullah SAW yang dituangkan didalam kitab Alkhaqul Banin (Akhlaq untuk anak-anak) beliau menyampaikan sebagai berikut :
“Wahai ingatlah anak-anakku yang mulia, sesungguhnya akhlaq yang bagus itu menjadi sebab kebahagiaan kalian semua didunia dan diakhirat. Karena pasti Allah akan ridho kepadamu dan semua keluargamu memuliakan kamu serta semua manusia mencintai kamu”. Namun sebaliknya, apabila kamu berakhlaq yang tidak baik, maka celakalah kamu di dalam dunia dan akhirat dan Allah akan mengadzab kepadamu dan akan merendahkan kamu semua keluargamu dan semua manusia akan membenci kamu dan kamu akan diremehkan dan dihinakan oleh semua makhluk

“Maka biasakanlah bertata krama yang baik dan bagus serta budi pekerti luhur mulai dari kamu kecil agar supaya tumbuh atas dirimu sampai masa tuamu”

“Sesungguhnya manusia itu tidak melihat kepada seseorang dari raut mukanya, dari harta bendanya, dari pakaiannya. Tetapi manusia itu pada melihat kamu dari akhlaqmu.”


Akhirnya syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, sebab hanya karena ridho dan restunya maka hasil karya ini dapat terwujud. Semoga tulisan yang sedikit ini diterima oleh Allah SWT sebagai amal baik kami dan bermanfaat bagi siapapun yang membacanya fi dinni fi dunya wal akhirah.


Disusun Oleh
KH. Roikhan Zainal Arifin Al-Makky
Disampaikan pada acara Forum Silaturrahim Orang Tua Anak Didik TKIM Bhakti Mulia Yogyakarta




Kamis, 19 April 2012


KEBAHAGIAAN SEJATI
KEBAHAGIAAN  AHLI THORIIQOH


Disampaikan  Oleh : Syechunal  Kariim  KH.Utsman Abidin
Pondok Pesantren Al – Markhamah, petamburan, Jakarta
Kepada para santri pengamal dan ahluth thoriiqoh
Tanggal : 20   O  k t o b e r  1991 M
                      Robi’uts tsani 1412 H

          Alangkah ni’mat merasa dekat dengan Alloh. Bahkan berbagai methode dan cara telah berkembang sebagai jalan menuju kesana. Terang saja, sejak diperkenalkan beberapa abad yang lalu, hingga kini Tasawwuf / Thoriiqoh tidak pernah sepi peminat.
          Agak sulit melacak kapan tepatnya lahir jalan tasawwuf atau thoriiqoh / Tarekat. Namun berdasar dari beberapa keterangan  dari  narasumber, thoriiqoh ini telah lahir  kira-kira sejak abad ke 3.
          Menurut penyampaian dari narasumber, disampaikan bahwa ada sebuah pengalaman dari seorang Imam besar yaitu Imam Besar Ahli Sufi IMAM GHOZALI. Beliau suatu saat merasa bimbang dan gundah. Sebab diusianya yang masih begitu muda ; 35 tahun, ia terbilang sukses untuk ukuran saat itu. Karena  penguasaannya yang diatas rata-rata terhadap ilmu pengetahuan, nama AL- GHOZALI menjadi tersohor. Ia dihormati, diberi kedudukan tinggi, dan bergelimang harta.Namun dengan itu semua Imam ghozali tidak menemukan hakekat dari apa yang sedang dijalaninya. Ia bahkan merasa diri jauh dari Alloh. Hal ini membuat dia risau, sampai-sampai untuk beberapa lama ia jatuh sakit, dan tak berhenti merenung-renung.
          Perenungan Al-Ghozali akhirnya membuahkan hasil, seketika semangat hidupnya bergelora dan bangkit kembali. Suatu keputusan besar hendak dinyatakannya; yaitu mendalami tasawwuf / thoriiqoh dan memilih jalan sufi. Sejak saat itu tahun 1095 memulai perjalanan rohaninya. Ia menanggalkan segala atribut dan status sosialnya yang telah diraih.
          Keputusan itu  adalah  penyelesaian masalah. Al-Ghozali sangat yakin  akan hal tersebut. Seperti kemudian dijabarkan dalam IHYA’ ‘ULUMUDDIN, serta KASYIFATUL QULUB.Lebih jauh, di RISALAH AL-QUSYAIRIYAH dijelaskan, dalam diri manusia terdiri dari Tiga unsur ; yaitu : QOLBU, RUH, ASSIRU.
Jika seseorang berhasil mensucikan assiru atau lubuk hati, dia bisa bermusyahadah dengan Alloh. Dia akan mendapatkan kenikmatan diluar materi bahkan mencapai tingkatan Ma’rifat.
          Tingkatan itu dapat dicapai melalui latihan-latihan ( Riyadloh ) lewat Maqomat-maqomat     ( tahapan – tahapan )yang telah ditentukan. Apakah jalan tasawwuf baru akan disentuh setelah kegundahan dan kebimbangan demikian merisaukan ?. Dan apakah tingkat ma’rifat harus dijalani dengan menanggalkan “ Urusan keduniaan “ sama sekali ? tidak ! Kalau begitu, tidak bertanggung jawab namanya.
Padahal Al-Ghozali sendiri dalam kitabnya AZKIYA FII THORIIQIL AULIYA’ menjelaskan bahwa thoriiqoh itu dijalani tanpa mengabaikan tanggung jawab sosial. Thoriiqoh bisa ditekuni dengan leluasa, baik oleh awam, Pengusaha, maupun Penguasa.
          Sesungguhnya, memang mendekat kepada Alloh bukanlah suatu pelarian. Tetapi menyerahkan diri secara total dan berusaha untuk dikasihi oleh Sang Pencipta   ( Al-Kholiq ), adalah suatu sudut kerohanian yang bisa sangat manusiawi. Tentang metode atau maqomat-maqomatnya itu persoalan lain. Makanya, kemudian kelompok thoriiqoh tumbuh menjamur.
          Satu hal, kesetiaan para pengikut thoriiqoh terhadap gurunya kemudian menarik perhatian banyak pihak. Dan akhirnya kelompok thoriiqoh pun bisa di perlukan untuk kepentingan – kepentingan tertentu, pemilu misalnya.
          Thoriiqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah yang hingga kini sangat populer di Indonesia, memang telah mengukir sejarah tersendiri. Selain dituding oleh kalangan Belanda, menjadi penggerak dan pemicu meletusnya pemberontakan Cilegon               ( Banten) yang dipimpin oleh seorang Mursyid Thoriiqoh ini, yaitu guru kami yang Mulia Syeikh. KH. Musaddad Faqih Al-Bantani, sebagian besar Thoriiqoh yang tersebar dibanyak tempat di Indonesia,  bergabung ke thoriiqoh Naqsyabandiyyah.
          Selain berbentuk pertalian yang kokoh antara guru dan murid, Thoriiqoh ini juga mendapat dukungan kuat dari kalangan ulama yang pada umumnya melestarikan paham Ahlussunah wal jama’ah. Di kalangan inilah, di Indonesia Thoriiqoh Qodiriyyah dan Naqsyabandiyyah mendapat pijakan yang kokoh, bersamaan  dengan proses penyebaran agama Islam di Nusantara.
          Selain sumbangsihnya dalam membangkitkan semangat dan kesadaran masyarakat untuk melawan kolonial Belanda, thoriiqoh juga telah berkiprah besar dalam mengatasi banyak problem yang muncul dikalangan manusia moderen.
Dalam hal ini, thoriiqoh telah banyak memberikan banyak sumbangan dan memainkan banyak peran bagi kehidupan manusia masa kini. Tujuan pokoknya, yaitu untuk membentuk kepribadian manusia sholeh, merupakan tujuan yang tidak akan pernah basi sepanjang zaman.
          Sebagaimana terlihat dari namanya, thoriiqoh/tarekat berarti suatu cara, sistem dan jalan untuk mencapai tujuan. Yaitu tujuan membentuk manusia yang bersih hati, mulia akhlaqnya dalam pandangan Alloh, dan bersih dari dosa-dosa.
Agar yang kita kerjakan / amal kita diterima oleh Alloh, maka ada orang yang membuat semacam tata cara tertentu. Misalnya apa yang harus dibaca dan bagaimana gerakannya. Cara-cara itu dilakukan untuk mencapai tingkat ketinggian atau kedewasaan. Pelaksanaannya disebut suluk, sedang yang mengerjakan disebut salik. Pelaksanaan dan pengamalan terekat merupakan satu praktek yang sangat baik.
          Thoriiqoh menyebar dan berkembang meluas ke seluruh pelosok negeri yang dihuni orang-orang Islam saat negeri-negeri itu dalam suasana kehidupan yang lemah. Menurut Rois ‘am PB NU saat itu Guru kami yang mulia Syeikh KH. Utsman Abidin Pengasuh Pon Pes Al – Markhamah, Petamburan, Jakarta, yang juga Dewan penasehat Thoriiqoh Mu’tabaroh se Indonesia dan ketua Thoriiqoh se DKI, juga sebagi Nadhir lembaga pendidikan Islam yang bertolak kepada pengamal dan Ahli Thoriiqoh yaitu Yayasan Al-Mubarok, Al- Islam, Nurul Islam, serta Al-markhamah, kepada Roikhan ZA     ( penulis ) saat masih belajar Thoriiqoh di Yayasan tersebut, beliau menyampaikan bahwa Thoriiqoh merupakan satu upaya mencapai tingkatan ikhsan.
          Ikhsan , adalah peringkat tertinggi dalam manusia beragama, setelah Iman dan Islam. Beliau yang juga pendiri Ittihadul Muballighiin menerjemahkan ketiga tingkatan dalam Islam itu. Islam itu Syari’at bertingkah laku yang lahir.
Hal ini menyangkut hukum-hukum yang ditetapkan syari’at Islam, seperti yang diamalkan dan berlaku untuk umum seluruh pemeluk Islam. Sedangkan Iman, ini yang menyangkut keyakinan ( Aqidah ). Soal Iman ini tdk bisa dikontrol oleh orang lain, hanya dirinya sendirilah yang tahu. Sedangkan Ikhsan,  lebih menekankan kepada soal hati. Bagaimana manusia dapat mempunyai hati yang bersih, jauh dari sifat takabur, dengki, Riya, dan sebagainya. Sifat-sifat hati inilah yang menjadi garapan Ikhsan. Sedang sebagai Imamnya Ikhsan ini adalah dinamakan Thoriiqoh.
           Kata beliau juga, bahwa thoriiqoh bukan barang baru. Setiap orang yang beriman, mesti berusaha dalam hidupnya untuk dapat mencapai Ikhsan. Sayangnya orang sekarang kebanyakan hanya memikirkan Iman dan Islam saja, sementara Ikhsan tidak diperhatikan. Itulah sebabnya kita masih banyak menemukan sifat pemarah, masih mendengar orang mencela sana-sini, ketidak jujuran sikap, bertengkar antar orang, antar organisasi, bahkan antar partai. Ini semua berasal dari hati yang kotor, tidak ada ke Ikhlasan.
          Thoriiqoh dapat dikatakan Mu’tabaroh ( Sah / Resmi ) bila memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat itu Pertama : Tidak boleh menyimpang dari dasar Qur’an.  Kedua : Tidak menyimpang dari sunnah Rosul. Ketiga : Tidak keluar dari Ijma’ Ulama, Ru’yah Sholikhah atau ilham yang baik. Misalnya ada guru Thoriiqoh di ilhami oleh Alloh disuruh membaca “ ini dan Itu “ , maka akan diwajibkan kepada muridnya untk membacanya, meskipun tidak ada haditsnya. Tapi dzikir yang dilihat oleh gurunya dalam mimpinya itu tidak akan keluar dari Qur’an dan hadits, dia akan kesana berdasarkan Qur’an Hadits. Inilah yang dinamakan Thoriiqoh Mu’tabaroh.
           Saat ini memang, sudah banyak yang sudah tidak mu’tabaroh lagi karena tidak memenuhi Syarat / kriteria seperti diatas tadi, bahkan banyak yang digolongkan sebagai thoriiqoh batal.  Maka dengan sendirinya sudah tidak diakui lagi oleh Nahdlotul Ulama       ( NU )  karena bukan Thoriiqoh asli AHLUSSUNAH WAL JAMA’AH .
           Perbedaan thoriiqoh mu’tabaroh itu terletak pada cara Mursyid   ( guru ) dalam melatih. Jadi, tergantung mursyid ini, melalui mimpi yang sholikhah dia membuat peraturan atau tatakrama yang berlainan yang dapat membawa muridnya menjadi orang sholeh, tidak sombong, dan ikhlas. Tapi tatakrama ini tidak keluar dari kriteria diatas. Demikian, lanjut beliau mengatakan.
          Juga, seperti dalam fiqih, orang boleh ber ijtihad dan mengeluarkan fatwa dengan alasan dia sudah cukup mampu. Demikian pula dalam thoriiqoh.
 Sebagai dampak dari kebijakan ini, banyak tumbuh thoriiqoh baru yang semuanya tidak lepas dari Qur’an dan Sunah Rasul, Ijma Ulama, dan ru’yat sholikhah dan tentu saja ISTIGHFAR. Karena thoriiqoh tidak pernah sepi atau berlibur dari ISTIGHFAR, DZIKIR KEPADA ALLOH, MEMBACA QUR’AN, BERSHOLAWAT KEPADA ROSUL, DAN MELAKSANAKAN SEMUA YANG WAJIB, MELAKSANAKAN SEMUA YANG SUNNAH, sehingga biasa dikatakan : KEBAIKAN BAGI ORANG BIASA, ITU KEJAHATAN BAGI AHLI THORIIQOH ”. Misalnya, jika kita tidak sholat sunat sebelum dan sesudah Dhuhur, itu tidak apa-apa. Tapi bagi pengamal thoriiqoh, itu durhaka besar. Dia berilmu, tapi tidak mengamalkan ilmunya. Karena pengamal thoriiqoh mempunyai amalan sunat yang tidak boleh ditinggalkan.

Ditulis kembali Oleh : Roikhan Zainal Arifin
Alumni Pondok Pesantren Al – Markhamah, Petamburan, Jakarta
Tanggal : 18  September 2004 M   /   3  Sya’ban      1425 H