SEJARAH
THORIIQOH
Seperti telah kita ketahui bahwasannya Thoriiqoh itu
berarti Jalan / Cara / methode/ Sistim. Menurut sejarah Islam, Thoriiqoh telah
timbul sejak penghabisan abad ke Tiga dan permulaan abad ke Empat. Pengertian thoriiqoh adalah sistim yang
diberikan ( Sistim pengajaran ) yang diterima dari Guru / Syekih oleh para
muridnya, terutama sistim peribadatan kepada Tuhan. Mereka mengadakan tempat
yang tersisih, mengadakan wirid dan dzikir tertentu. Masing-masing guru memakai
sistim sendiri.
Sedangkan ada beberapa thoriiqoh yang terkenal pada abad ke
3 yaitu diantaranya : Th. THOIFURIYAH yang dipimpin oleh Yazid Busthomi, Th. AS-SUQTIYAH yang dipimpin
Oleh Sirri Saqothi, Th. KHAZZARIYAH yang dipimpin oleh Abi Said
Al-Khazzari, Th. NURRIYYAH yang dipimpin
oleh Abdul Husen An-Nuury. Th. MULLAMATIYAH yang dipimpin oleh Hamdun
Al-Qashar, dll.
Itulah macam-macam thoriiqoh sebagai cabang dari tasawwuf
dari abad ke Tiga itu.
Pada masa sekarang, thoriiqoh merupakan suatu sistim
peribadatan yang menjelaskan antara ILMU BATHIN dan ILMU LAHIR. Ilmu Lahir itu
sendiri dibagi dalam 4 bagian yaitu :
1. SYARI”AT : Ialah mengenai soal-soal hukum
persembahan / peribadatan kepada Tuhan
semata- mata. Seperti Sholat, Puasa , Zakat, Haji, dll. Dan hukum yang dapat ditimbang
dengan akal dan yang dapat diterima oleh
fikiran.
2. THORIIQOH
/ TAREKAT : Ialah jalan kepada Alloh. Jalan itu dinamakan suluk, sedangkan
suluk itu ada bermacam-macam cara. Dengan suluk ini kita
mendekatkan diri kepada Alloh, sehingga dapat timbul KHUB ( Cinta ) dan ISYK (
rindu ) kepada Alloh sebagai kholiq seluruh alam ini.
3. HAQIQOT
/ HAKEKAT : Ialah kebenaran sejati dan muthlaq mengenai
diri sendiri.
4. MA’RIFAT
: Ialah mencari kebenaran dari ilmu.
Sedangkan Ilmu bathin yang dimaksud dakam thoriiqoh itu adalah
hasil daripada proses menjalani suluk untuk mendekat kepada Alloh, dengan
melalui riyadloh-riyadloh ( Latihan jiwa ) sesuai dengan tuntunan syeikhnya.
Para Muballigh / Wali / Ulama yang mambawa agama Islam ke Indonesia ,
juga membawa thoriiqoh yang bermacam-macam. Dan rupanya thoriiqoh itu dianggap
sesuatu yang penting dan sangat baik dalam cara menghubungkan diri kepada
Alloh. Begitu meresapnya ajaran thoriiqoh itu didalam masyarakat Indonesia ,
sehingga dari dulu sampai sekarang masih diamalkan orang / jama’ahnya.
Thoriiqoh itu berjumlah kira-kira 49,
antara lain :
1.
Th. An-Naqsyabandiyyah (Banyak dianut
oleh sebagian besar Umat Islam di Indonesia
( Jawa, Sumatera, Sulawesi )
2. Th. Al-Qodiriyyah *
Sama dengan thoriiqoh Qodiriyyah
3.
Th. As-Syadziliyah * Dianut sebagian dari umat Islam di
Indonesia
4.
Th. Ar-Rifa’iyyah
5.
Th. Ahmadiyah
6.
Th. Ad-Dasuqiyah
7.
Th. Akbariyah
8.
Th. Maulawiyah
9.
Th. Al-Kubramaniyah
10.
Th. As-Suhrawardiyah
11.
Th. Chalwatiyah
12.
Th. Qurabiyah
13.
Th. Jalutiyah
14.
Th. Bakdasiyah
15.
Th. Ghazaliyah
16.
Th. Rumiyyah
17.
Th. Jastiyyah
18.
Th. Sya’baniyyah
19.
Th. Kaisaniyyah
20.
Th. Hamzawiyyah
21.
Th. Biromiyyah
22.
Th. ‘Alawiyyah * Dianut oleh sebagian umat Islam di
Indonesia
23.
Th. ‘Usyaqiyyah
24.
Th. Bakriyyah
25.
Th. ‘Umariyyah
26.
Th. ‘Utsmaniyyah
27.
Th. ‘Aliyyah
28.
Th. Abbasiyah
29.
Th. Haddadiyyah
30.
Th. Maghribiyah
31.
Th. Ghoibiyyah
32.
Th. Syattariyyah * Dianut oleh sebgian kecil Umat Islam di
Indonesia
33.
Th. Bayumiyyah
34.
Th. Al-Aidrusiyyah
35.
Th. Sanbliyyah
36.
Th. Malawiyyah
37.
Th. Anfassiyah
38.
Th. Sammaniyah *
dianut oleh sebagian besar umat
Islam di Kalimantan
39.
Th. Sanusiyyah
40.
Th. Idrisiyyah
41.
Th. Badawiyah
42.
Th. Tijaniyyah
43.
Th. As-Sa’diyah
44.
Th. Zainabiyah
45.
Th. Matburiyyah
46.
Th. Sumbaliyyah
47.
Th. Al-Uwaisiyyah
48.
dll
Itulah nama-nama
thoriiqoh beserta dengan cabang-cabangnya dan masih banyak lagi nama yang lain,
sedangkan sistim peribadatan yang dilakukannya menurut apa yang mereka pakai.
Tidak mendapat keterangan yang lengkap apakah di Indonesia
masih berkembang thoriiqoh menurut apa yang tertulis diatas.
Namun diterangkan bahwasannya
thoriqoh Al-Qodiriyyah dan An-Naqsyabandiyyah adalah thoriiqoh yang paling
masyhur, khususnya di Indonesia / Tanah jawa.
Thoriiqoh nomer 1 dan 2 banyak
digunakan sistemnya dari dulu hingga kini, karena itu thoriiqoh ini mendapat
perhatian yang sangat Istimewa dari berbagai kalangan, khususnya para
Ulama dan santri penganut faham
Ahlussunnah wal jama’ah.
Thoriiqoh ini seperti yang lain
juga, mengutamakan dzikir dan kholwat ( menyendiri ). Menurut buku Pertahanan
Thoriiqoh Naqsyabandiyyah, cara yang dipergunakan adalah Sbb :
• MELAKUKAN I’TIKAF ( Berhenti /diam ) didalam masjid dan
berkholwat
didalamnya. Sesaat berdiam
didalam masjid besar sekali pahalanya, apalagi
dilakukan berulang-ulang. Selama berkholwat itu, senantiasa berwudlu,
dan setiap
batal harus bwerwuglu kembali. Kehudian SHOLAT Taubat 2 roka’at, karena
meninggalkan kholwat itu telah dianggap berbuat dosa.
• Mengerjakan dzikir yang telah
ditentukan. Dzikir dibagi atas 2 bagian yaitu :
a. Dzikir Darojat
b. Dzikir khasanat
Ada
pula yang dinamakan DZIKIR LATHIF, yaitu dzikir ISMU ( mengingat Alloh dengan
cara menyebut Asma-Nya ). Dzikir lathif
dibagi atas Tujuh bagian yaitu :
1. DZIKIR LATHIFATUT TAUKHID
2. DZIKIR LATHIFATUR RUKH
3. DZIKIR LATHIFATUS SIRR
4. DZIKIR LATHIFATUL KHOFI
5. DZIKIR LATHIFATUL AKHFA
6. DZIKIR LATHIFATUN NAFS
7. DZIKIR LATHIFATU KULLI JASAD
Sedang Tingkat-tingkat dzikir
itu terdiri dari :
a. Dzikir NAFI ISBAT
b.
Dzikir
WUQUF
c.
Dzikir
MUROQOBAH
d.
Dzikir
MUROQOBAH AQROBIYAH
e.
Dzikir
MUROQOBAH AHDIYATUDZ DZAT
f.
Dzikir
MUROQOBAH DZATISY SYARAF WAL BAHAST
g.
Dzikir
TAHLILUL LISAN
h.
Dzikir
MAQOM UBUDIYAH
Hendaklah dalam berkholwat itu antara hati dan badannya
jauh dari urusan dunia.Selama dalam berkholwat mengurangi makan dan
minum,tidur,dan berkatakata,kecuali dzikir. -
Dalam berkholwat memakai pakaian putih ( Baju, kain sarung,dan tutup
kepala ). Pakaian putih Itu adalah pakaian suci, jika terdapat najis segera
ketahuan. Dengan
demikian dapat diperoleh kesucian lahir bathin .Dalam berkholwat meninggalkan
pekerjaan duniawi dan
pekerjaan yang lain yang akan dapat melalaikan hati dikala berhadapan dengan
Alloh. Sedapat mungkin
berkholwat itu memakai
kelambu. Tidak saja mencegah Nyamuk,
lalat, dsb, yang dapat mengganggu
fikiran / konsentrasi dalam berdzikir. Tetapi juga ahli thoriiqoh memandangnya seaka-
akan berada dalam lubang kubur / liang lahad.
Mengurangi makan daging, karena
sifat daging itu membuat manusia menjadi haus
dan rakus.
·
Selalu berhadap muka dan dada
kearah kiblat.
·
Arah jasmaniah dada dan muka itu
ke Baitulloh
·
Arah hati kepada Alloh
Dalam berkholwat belajar SABAR dan
QONA’AH. Segala amal Ibadat dan dzikir yang dikerjakan dalam
kholwat itu menjadi wasilah, hubungan lahir dan bathin serta berkekalan
hadir hati terhadap Alloh. Mengenai dzikir yang diartikan menyebut-nyebut Asma
Alloh selama berkholwat itu, diterangkan sebagai alasannya sebagai berikut :
·
Dzikir itu mengingat Alloh dan
menjunjung tinggi perintahnya.
·
Dzikir itu mengingat Alloh, Alloh
juga akan mengingat kepada siapa yang berdzikir kepadaNya
·
Dzikir itu nyata benar kebesaran
Alloh
·
Orang yang berdzikir mendapat
kebahagiaan dunia dan akherat
·
Dzikir itu menyembuhkan segala
penyakit dalam hati
·
Dzikir itu menetapkan hati, jika
hati telah tetap anggotapun akan tetap pula dalam menjalankan perintah Alloh
·
Dzikir itu mensucikan hati dan
melepaskan diri dari siksa kubur dan lebih besar pula pahala dzikir itu darri
perang sabil.
·
Dzikir itu menyucikan hati dan
melepaskan diri dari siksa kubur dan lebih besar pula pahalanya.
Apabila
akan menjalankan ajaran thoriiqoh, supaya tidak keliru dengan bid’ah, dsb, maka
pakailah kalimat – kalimat yang mulia yang sering di gunakan oleh nabi
Mukhammad, yang terkandung dalam Al-Qur’an, hadits, Dsb.
Untuk
itu, bid’ah atau tidaknya thoriiqoh itu tergantung dari cara membawakannya dan
mengamalkannya dari para pengikutnya.
THORIIQOH AL-QOODIRIYYAH –
NAQSYABANDIYYAH
A. THORIIQOH QODIRIYYAH
Thoriiqoh ini
didirikan oleh Syekh ‘Abdul Qoodir
Al-Jailani, kadang – kadang disebut dengan Al-Jilli. Nama lengkap beliau
adalah Muhyiddin abu Mukhammad ‘Abdul Qodir ibnu abi Sholikh janki Dausat
Al-Jailani.
Nasabnya ( Keluarganya ) bersambung sampai kepada Sayyidina
Khasan bin ‘Ali bin Abi Tholib,
kemenakan Rosululloh. Ibunya
bernama Fathimah anak Sayyid ‘Abdulloh
As-Suma’i Al-Khusaini
Beliau lahir di sebuah kota kecil ; Jailan, Thobaristan,
pada tahun 471 H ( 1077 M ) dan wafat pada bulan Robi’uts
Tsani tahun 561 H ( 1166 M ) dimakamkan dikota Bagdad.
Beliau seorang
‘alim dan zahid , dianggap sebagai Quthubul Aqthab ( yang mula pertama ). Juga
seorang ahli feqih yang terkenal dalam
madzhab Hambali. Kemudian setelah kegemarannya beralih pada Ilmu Thoriiqoh dan
Haqiqot menunjukkan keramat dan dan
tanda-tanda yang berlainan dengan kebiasaan sehari-hari. Orang dapat membaca
sejarah hidup dan keanehan-keanehannya dalam kitab yang dinamakan Manaqib Syekh
‘Abdul Qodir Jailani, asli tertulis dalam Bahasa Arab, dan telah diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia yang tersiar luas di negeri kita.
Ibnu Bathutah
menceritakan bahwa dalam masanya sudah mulai dipergunakan orang Zawiyah (
tempat melakukan latihan-latihan suluk ), dan latihan – latihan yang dilakukan
dalam beberapa Zawiyah di Baghdad itu sesuai dengan ajaran-ajaran yang terdapat
dalam Ribath Syekh ‘Abdul Qodir Jailani, sehingga dengan demikian ajarannya itu
lama kelamaan merupakan suatu madzhab sufi, dan tiap murid yang telah
menamatkan ajarannya sudah diberi ijazah Chirqah, berjanji akan meneruskan dan
menyiarkan ajarannya itu. Bagi beliau Syekh ‘Abdul Qodir tidak menganggap
penting perolehan chirqah itu, namun yang lebih penting adalah pembentukan jiwa
dan perubahan akhlaq Budi pekerti.
Selain Alibin
Al-Haddad yang mengembangkan Thoriqoh ini di Yaman, Mukhammad Batha’
mengembangkan di Syria , Taqiyyudin Mukhammad Al-Yunani (
penyair terkenal di Baalbek ), Mukhammad bin ‘Abdush Shomad
seorang yang dianggap keramat di Mesir. Juga Putra-putra dari Syekh ‘Abdul
Qodir sendiri yatiu Ibrahim ( Meninggal di Wasit, 1196 M ) dan ‘Abdul ‘Azis ( meninggal di Diyal,
Spanyol, 1492 M ). Kuburan-kuburan mereka ada di
daerah Fez ( Maroko ) yang dikenal sebagai SYURAFA JILALA ( keturunan
Jailani yang Mulia ).
Thoiiqoh
Qodiriyyah mampunyai juga dzikir-dzikir , wirid, dan khizib tertentu. Ada penganut thoriiqoh ini yang
berkeyakinan sedemikian rupa, sehingga menempatkan Ali bin Abi Tholib diatas
kedudukan Rosululloh Saw.
Hal ini tentu tidak sesuai dengan pendirian Syekh ‘Abdul
Qodir sendiri sebagai seorang penganut faham Hambali, tentu hal itu sudah
dipengaruhi oleh keyakinan aliran – aliran lain. Dengan demikian kita lihat,
bahwa meskipun mereka bernama Qodiriyyah kadang-kadang thoriiqoh ini sudah
dimasuki faham-faham lain dalam pertumbuhannya ( Kita harus hati-hati ).
Wirid –wirid thoriiqoh Qodiriyyah yang sebenarnya termuat
dalam kitab “ Al-Fuyadatur Robbaniyah “Yang dikarang oleh ‘Abdulloh bin
Mukhammad Al-‘Ajami, beliau seorang “alim sufi yang umurnya mencapai 183 tahun
( 536 –721 H ). Hal mengenai kekeramatan Syekh ‘Abdul Qodir Jailani akan
diterangkan kemudian, diluar catatan ini.
Kuburan Syekh
‘Abdul Qodir Jailani ini terdapat di Bagdad ( Iraq ), meskipun boleh dikata bahwa
pusatnya Thoriiqoh ini ada di Bagdad , tapi cabang-cabangnya terdapat diseluruh dunia.
Sehingga Qodiriyyah selain sebagai sebuah thoriiqoh juga
merupakan sebuah Jam’iyyah ( organisasi ) atau pergerakan, yang berusaha
selalu mengumpulkan dan mengirimkan bantuannya ke pusat untuk keperluan amal
tertentu.
B. THORIIQOH NAQSYABANDIYYAH
Di Indonesia
sangat terkenal thoriiqoh ini, pemeluknya tidak sedikit ; baik di Jawa, Sumatera,
maupun Sulawesi . Thoriiqoh ini didirikan oleh
MUKHAMMAD BIN BAHA’UDDIN AL-UWAISI AL-BUCHORI
( 717 –791 H ). Beliau biasa
disebut dengan Naqsyabandi, terambil dari kata Naqsyaband, yang berarti
lukisan. Konon karena beliau ahli dalam memberikan lukisan kehidupan yang
gaib-gaib. Dalam buku lain diterangkan bahwa
Naqsyaband itu diartikan Penjagaan bentuk kebahagiaan hati. Gelar Syekh
diberikan orang sebagai penghormatan kepadanya.
Beliau lahir
di sebuah desa bernama Hinduwan, yang kemudian bernama desa Arifan yang
berjarak beberapa kilometer dari Buchara. Sebagaimana wali-wali yang lain,
beliau mempunyai cerita dan tanda-tanda kelahirannya yang aneh. Dalam kitab
Jami’ul Ushul menceritakan lebih lanjut, bahwa desa Hinduwan atau Arifan itu adalah
sebuah desa yang sangat baik letaknya dan indah bentuknya. Dalam desa itu
tyerdapat banyak taman-taman yang molek dan kebun-kebun yang menghijau dengan
buah-buahan yang aneka warna dan lezat-lezat rasanya. Dalam desa itulah lahir
Mukhammad Baha’uddin ditengah-tengah penduduk yang berkelakuan baik-baik pula
pada tahun 718 H ( 1317 M ), diiringi dengan
kejadian-kejadian yang ajaib.
Cerita mengenai hidup Naqsyabandi menghubungkan
keturunannya dengan seorang Quthub Sufi besar, Syekh ‘Abdul Qodir Jailani, yang
merupakan keturunan dari Khasan bin Ali bin Abi Tholib, kemenakan Nabi
Mukhammad dan Cholifah yang ke 4.
Diceritakan
bahwa Mukhammad Baha’uddin mengambil pelajaran thoriiqoh dan ilmu adab dari
Quthub Amir Kulal.
Mengenai ilmu khaqiqot ia banyak memperoleh dari Uwais
Al-Qorni, karena ia dididik kerokhaniannya oleh seorang wali besar ‘Abdul
Choliq Al-Chujdawani, yang mengamalkan pendidikan Uwais itu. Dalam kitab lain
disebutkan bahwa Baha’uddin dalam usia delapan belas tahun pernah dikirim ke Sammas,
suatu desa yang letaknya kira-kira Tiga mil dari Buchara, unyuk mempelajari
ilmu tashowwuf dari seorang guru yang
sangat ternama ketika itu yaitu Mukhammad Baba Al-Sammasi. Meskipun demikian
tidaklah seluruh thoriiqoh Naqsyabandi itu sama dengan thoriiqoh Baba
As-Sammasi yang melafalkan dzikir itu diucapkan dengan keras, tetapi ia lebih
menyukai dzikir secara thoriiqoh ‘Abdul Choliq ( meninggal tahun 575 H ) yang
diucapkan dengan suara yang hampir tidak
kedenganran dalam diri pribadi
( Khofi ).
Dengan
demikian terjadilah perbedaan faham antara Naqsyabandi dengan teman-teman se
Thoriiqoh yang lain dari As-Sammasi, yang pada akhirnya As-Sammasi membenarkan pendirian Naqsyabandi,
dan dalam sakitnya As-Sammasi mengangkat
Naqsyabandi menjadi Kholifahnya (
Badal, Jw ).
Thoriiqoh Naqsyabandi ini langsung berhubung kepada Nabi
Mukhammad. Diterangkan dalam kitab Tanwirul Qulub karangan Mukhammad Amir
Al-Kurdi ( Mesir, 1343 H ) Dikatakan : Naqsyabandi dari Amir Kulal bin Hamzah,
dari Mukhammad Baba As-Sammasi, dari Ali Ar-Ramitni ( masyhur dengan Sekh
Azizan ), dari Makhmud al-Fughnawi, dari Arif Ar-Riyukri, dari Abdul Choliq
al-Khujdawani, dari Abu yaqub Yusuf Al-Hamdani, dari Abu Ali Al-Fadhal bin
Mukhammad Ath-Thusi Al-Farmadi, dari Abul Hasan Ali bin Ja’far
Al-Chirqoni, dari Abu Yazid Al-Busthomi,
dari Imam ja’far Shodiq ( Keturunan Abu Bakar Ash-Shidiq ), dari Qosim bin
Mukhammad ( anak Abu Bakar Ash-Shidiq / kakek Imam Ja’far ), dari Salman Al-Farisi,
dari Abu Bakar As-Shidiq ( Shokhabat Nabi dan Kholifahnya yang pertama ), dari
Nabi Mukhammad Saw, dari Malaikat Jibril,
dari Alloh Swt.
Keywords : thoriqoh, tharekat, thorekot, tarekat, qodiriyah naqsabandiyah
Keywords : thoriqoh, tharekat, thorekot, tarekat, qodiriyah naqsabandiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar